PANGKALPINANG, FABERTA — Satwa liar yang dilindungi kembali dilepasliarkan oleh Animal Lovers Bangka Indonesian (ALOBI) Foundation bersama PT Timah Tbk, di salah satu Hutan Konservasi di Bangka , Selasa (6/4/2021).
Pelepasliaran itu juga melibatkan BKSDA Sumatera Selatan (Sumsel), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangka Tengah (Bateng), mahasiswa Universitas Bangka Belitung dan Universitas Muhammadiyah, serta masyarakat sekitar.
Total, ada 6 satwa yang dilepasliarkan yakni 3 ekor kukang, 1 musang akar dan 2 ekor trenggiling. Satwa yang dilepasliarkan ini sebelumnya telah mendapatkan perawatan atau rehabilitasi di Pusat Penyelematan Satwa (PPS) ALOBI Air Jangkang.
Manager PPS ALOBI Foundation, Endy Yusuf mengatakan, satwa-satwa yang dilepasliarkan ini merupakan serahan masyarakat. Sebelum dilepasliarkan, satwa-satwa ini dilakukan serangkaian pemeriksaan.
“Hari ini ada enam satwa yang kita lepasliarkan, satwa ini sudah direhabilitasi di PPS ALOBI, untuk trenggiling baru tiga hari karena ini serahan masyarakat yang ditemukan di jalan, sehingga kita melihat sifat keliarannya masih bagus jadi ikut kita lepasliarkan hari ini,” ujar Endy.
Endy mengatakan, PPS ALOBI dalam melakukan konservasi, rehabilitasi dan pelepasliaran ini turut didukung oleh PT Timah Tbk sebagai sponsor utama dalam rehabilitasi, dan konservasi satwa di PPS ALOBI yang berada di kawasan Kampoeng Reklamasi, Air Jangkang.
“PT Timah turut hadir dalam kegiatan pelepasliaran ini, sinergi kita dengan PT Timah ini terjalin dengan baik. PT Timah juga melakukan konservasi hewan di PPS ALOBI di Air Jangkang. Hal ini sebagai komitmen PT Timah dalam menjaga kelestarian satwa liar,” katanya.
Dirinya juga berharap, masyarakat dapat menjaga kelestarian satwa liar dan tidak melakukan perburuan liar.
Salah satu dokter hewan yang terlibat dalam pelepasliaran ini, drh Nur Parjoko menilai PT Timah sangat membantu upaya konservasi satwa liar ini.
Kedepan, Ia berharap nantinya akan dikembangkan lagi pusat rehabilitasi khusus satwa laut yang dilindungi, seperti pusat rehabilitasi Dugong, Lumba, dan Penyu. Karena untuk konservasi satwa darat sudah hampir dinyatakan menuju keberhasilan.
Kepala Resort Bangka BKSDA Sumsel, Septian Wiguna mengatakan, para satwa-satwa ini dilepasliarkan ke alam sesuai dengan habitatnya sebagai upaya konservasi, dan program rutin untuk memperbanyak dan memperkaya satwa.
“Usai pelepasliaran ini, kita bersama PT Timah dan Yayasan ALOBI melakukan monitoring, dan kita juga berharap peran masyarakat untuk menjaga satwa liar ini, karena masyarakat ini kan ujung tombaknya,” pungkasnya. (Robby)