FAKTA BERITA, PANGKALPINANG — Menjelang Pilkada Ulang Kota Pangkalpinang 2025, pasangan Prof Saparudin dan Dessy Ayu Trisna memilih jalan yang sederhana tapi kuat: turun langsung ke masyarakat, mendengar keluhan, dan menyerap harapan.
Alih-alih sibuk menyusun strategi di balik meja, keduanya justru lebih banyak menghabiskan waktu di tengah warga. Gaya pendekatan ini menjadi ciri khas mereka—terutama bagi Cece Dessy, sapaan akrab calon Wakil Wali Kota Pangkalpinang, yang dikenal merakyat dan akrab dengan kalangan pelaku UMKM serta komunitas perempuan.
Baru-baru ini, Cece Dessy menyambangi para nelayan di Kelurahan Sinar Bulan, Kecamatan Bukit Intan. Ia datang bukan hanya untuk menyapa, tapi betul-betul duduk dan mendengarkan persoalan yang mereka hadapi sehari-hari—dari harga bahan bakar hingga akses pasar.
“Kalau ingin membangun Pangkalpinang, ya harus bersama rakyat. Dengarkan dulu mereka, baru kita ajak maju bareng,” ungkapnya.
Bagi Dessy, membangun kota bukan sekadar membuat program atau mengusung janji. Yang lebih penting adalah merancang kebijakan yang lahir dari realitas warga—dari suara mereka yang selama ini mungkin tak terdengar di ruang pengambilan keputusan.
Keterlibatan langsung seperti ini, menurutnya, bukan hanya memperkuat kedekatan calon pemimpin dengan rakyat, tapi juga menjadi fondasi dari kepemimpinan yang partisipatif dan tanggap terhadap kebutuhan nyata.
“Suara rakyat itu bukan cuma bahan kampanye. Itu dasar arah pembangunan. Mereka punya hak untuk didengar dan harapan untuk diperjuangkan,” tambahnya.
Langkah Cece Dessy ini mempertegas gaya kampanye yang lebih membumi dan jujur—tidak banyak gimik, tapi nyata menyentuh akar persoalan. Karena, seperti keyakinannya, Pangkalpinang tidak bisa dibangun sendirian. Harus ada rakyat di dalamnya, sejak dari mendengar hingga menjalankan.