Penulis : Rais Syaifullah (Mahasiswa Sosiologi Universitas Bangka Belitung)
FAKTABERITA, OPINI — Setelah gempar soal kasus korupsi kerugian negara di sektor tata niaga timah sebesar 300 T, aktivitas tambang timah di BABEL sempat redup dan tidak menemui kepastianya. Pelaku pelaku yang di tangkap dan merugikan negara adalah pemain utama yang selama ini ikut membeli hasil timah masyarakat. kondisi ekonomi di babel pun disebut-sebut ikut terkena dampak pengusutan kasus ini, pasar, toko, UMKM dianggap sepi di akibatkan daya beli masyarakat BABEL yang menurun
Sementara di level nasional proses hukum dan beragam penyitaan terus bergulir hingga hari ini dan spesial kemarin Senin 6 oktober 2025 Presiden Prabowo Subianto datang langsung didampingi Jaksa Agung, Kapolri beserta jajaran menterinya untuk meninjau dan menyaksikan langsung penyerahan asset rampasan negara dari kasus korupsi tata niaga timah kepada PT Timah Tbk.
Bergeser sedikit dari lokasi Smelter Pangkalpinang lokasi kunjungan para petinggi negara tersebut, ada peristiwa juga tak kalah menarik, yakni aksi dari kelompok masyrakat tambang memenuhi kantor timah di Pangkalpinang dan oleh-oleh hasil dari aksi itu adalah harga beli timah dengan SN 70 sebesar 300 ribu, harga yang jauh lebih tinggi dari kesepakatan rapat seminggu yang lalu antara PT Timah Tbk. dan Pemerintah Provinsi sebesar 260 ribu untuk timah SN 100.
Dengan semakin gagahnya PT Timah atas kepemilikkan aset rampasan bernilai triliunan bersamaan dengan berhasilnya desakan harga jual timah bagi masyarakat yang tembus 300 ribu untuk SN 70, seperti menjadi penanda babak baru dalam penambangan timah di BABEL setalah sempat redup. Dari sudut pandang ekonomi, tentulah ini merupakan kabar membahagiakan bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada tambang timah
Namun di tengah “kebahagiaan” itu, muncul pertanyaan penting. Apa Bangka Belitung ini masih sanggup untuk dikeruk? Sampai di mana daya tampung Ekologis Bangka Belitung dalam membendung semangat baru pengerukan demi pengerukan oleh tangan korporasi negara atau tangan masyarakat sendiri?
Kita tau hari ini tambang timah tidak hanya menyasar daratan kosong, tapi juga sungai bahkan daerah pesisir laut tak luput dari aktivitas tambang timah.
Akankah sektor lain yang berhubungan langsung dengan kondisi ekologis Seperti nelayan baik sungai maupun laut serta sektor pariwisata yang sempat digadang gadang pemerintah daerah sebagai alternatif ekonomi tambang di ikut terancam? daratan,sungai dan laut mana lagi yang akan diwarnai pemandangan ponton-ponton dan suara mesin Robin penambangan timah di BABEL?



















