PANGKALPINANG, FABERTA — Mengulas kilas bilik sejarah dari Masjid Jamik di Pangkalpinang memang tak pernah habisnya. Sebuah tempat peribadatan umat muslim yang berada di tengah-tengah kota itu memiliki cerita dari awal berdiri hingga kini berdiri kokoh.
Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung, Dato’ Akhmad Elvian DPMP menceritakan bahwa awal Masjid Jamik dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan 18 Desember 1936 M dengan bentuk bangunan semi permanen.
“Bentuk fisik masjid adalah semi permanen dengan pondasi yang cukup kuat, berlantai semen berdinding papan dan beratap genteng bila dilihat dari atas berbentuk seperti piramida, lebar di sebelah bawah menciut di bagian tengah dan atasnya,” katanya dikonfirmasi Faktaberita, Senin (24/8/2021).
Lanjut Dato’ Akhmad mendeskripsikan, Bangunannya bertingkat tiga, pada bagian bawah dipergunakan untuk tempat beribadah terutama sholat 5 waktu berjamaah, pengajian dan diperkirakan dapat menampung jamaah sebanyak 600 orang.
Di bagian tingkat tengah berfungsi sebagai tempat menyimpan kitab-kitab kuning, buku-buku agama, tikar dan alat perlengkapan masjid lainnya, sedangkan di bagian tingkatan atas berfungsi sebagai menara untuk Muazin mengumandangkan azan.
“Inilah salah satu tanda peninggalan bangunan masjid lama apabila sewaktu-waktu melewati Jalan Kampung Dalam akan tebayang wajah serta bentuknya,” jelas penerima anugerah kebudayaan asal Babel itu.
Dalam sejarah perjalanannya, Masjid Jamik mengalami 3 (tiga) kali renovasi, 2 kali renovasi besar dan sekali renovasi kecil. Tahap pertama dilakukan pada 1950-1954, sedangkan tahap kedua pada 1955-1961 selesai secara total dan diresmikan pada 3 Juni 1961 pukul 09.00 WIB.
Pembangunan menelan biaya sebesar Rp. 6.115.855,32. Kemudian dikatakan Dato’ Akhmad renovasi kecil yang terakhir dilakukan pada tahun 2003.
“Semua pekerjaan ini dilaksanakan masyarakat secara bergotong royong dengan melibatkan semua unsur baik sipil maupun militer. Bantuan dana berasal dari partisipasi masyarakat yang ada di Pulau Bangka, para pengusaha muslim dan non muslim, TTB (Perusahan Tambang Timah Bangka) pengusaha asal Bangka yang ada di pulau Jawa, bahkan menurut catatan, (Pada tahap pertama_red) Wakil Presiden RI Drs. Muhammad Hatta ikut menyumbang uang tunai sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah),” kata Dato’ Akhmad.
Setiap unsur bangunan masjid diceritakan oleh Dato’ Akhmad memiliki makna filosofis. “Salah satu keunikan masjid ini adalah antara tangga depan (yang berbentuk setengah lingkaran) dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga (ukuran kecil) berjumlah 5 tiang, bisa diartikan sebagai Rukun Islam, dan antara tembok depan dengan atapnya dihiasi tiang penyangga kecil sebanyak 6 buah (3 sebelah kanan dan 3 sebelah kiri), dapat diartikan sebagai Rukun Iman,” terangnya.
Selain bangunan utama masjid, terdapat bangunan sebagai tempat pengajian/Majelis taklim Ibu-ibu/TPA/ Nganggung/Yasinan yang berada di belakang masjid.
Masjid juga dilengkapi sebuah beduk ukuran raksasa pemberian dari Kapolda pertama propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kombes. Pol. Drs. E TPL. Tobing), beduk tersebut khusus didatangkan dari pulau Jawa.
Untuk saat sekarang Masjid Jamik dapat menampung jamaah sebanyak 2.000 orang, dengan luas tanah seluas 5.662 m² dan sudah disertifikat tanggal 6 Februari 1993 (nomor sertifikat 04.02.0309.100002).
Sejak 2010, Masjid Jamik menjadi salah satu Cagar Budaya Kota Pangkalpinang. Hal itu tercatat di Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.13/PW.007/MKP/2010, tanggal 8 Januari 2010 dan dilindungi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.