BANGKA SELATAN, FAKTABERITA — Tanpa alas kaki, dengan celana tergulung hingga paha, hingga bertelanjang dada, sejumlah anak pesisir Sukadamai, Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, mulai mendatangi lokasi di mana ratusan tungau, sebutan tambang apung skala kecil, bertengger di bibir pantai untuk melakukan aktifitas ‘nyanting’ — istilah untuk orang-orang yang mencari timah dari sisa-sisa penyaringan (sakan) —
Di kejauhan, tampak masing-masing anak sudah menenteng wadah dari gelas plastik yang disiapkan khusus untuk menampung sisa-sisa pasir hitam alias timah. Bersenda gurau, berbaris melewati aliran air berwarna kecokelatan, kemudian berlarian saling mengejar seolah-olah tungau adalah garis finishnya.



Anak-anak meloncati dari satu tungau ke tungau lainnya, menunggu para pekerja yang sedang ‘ngelimbang’ atau menyaring timah. Sesekali mereka meminta sedikit. Para penambang pun dengan sukarela mengisi satu per satu wadah yang dibawa anak-anak dengan timah. Jika penambang selesai bekerja, anak-anak segera mengambil sisa-sisa timah yang ada dari sakan.