FOTO : Mengais Cuan di Tradisi Ceng Beng

Para pembersih makam di Pemakaman Sentosa, Pangkalpinang. (Foto:Januar/Faberta)

PANGKALPINANG, FABERTA — Ceng Beng (sembahyang kubur) merupakan acara atau ritual tahunan masyarakat keturunan Tionghoa. Tradisi ini dilakukan untuk menghormati arwah leluhur Etnis Tionghoa.

Bacaan Lainnya

Di Bangka Belitung Tradisi ini menjadi salah satu magnet wisata local maupun mancanegara. Satu bulan sebelum festival puncak (Qingming) wisatawan maupun peziarah dari luar pulau Bangka sudah mulai berdatangan.

Ritual tahun ini dirasakan berbeda. Pandemi COVID-19 yang menerpa Negeri ini berimbas terhadap sepinya peziarah dan wisatawan dari luar Bangka Belitung.

Hal ini ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap para pembersih makam. Diakui Simon (52) salah satu pembersih makam di Pemakaman Sentosa Pangkal Pinang. Memang ada pengurangan tapi tidak begitu signifikan dikarenakan mereka sudah mempunyai pelanggan tetap setiap ahunnya.

“Saya sudah ada pelanggan tetap baik dari Bangka ataupun luar Bangka. Mereka tinggal telfon terus disuruh bersihin makam, ya saya langsung bersihin walaupun tidak di ziarahi juga mereka tetap maunya dibersihin,”Ucap Simon.

Upah yang di terima pembersih makam terbilang relatif, tergantung dari pengerjaan dan besarnya makam.

Untuk pengerjaan full (cat, cuci, tulis surat nisan) mereka di upah tiga ratus ribu untuk makam kecil, dan lima ratus ribu untuk makam besar.

“Kalau ngerjain semuanya kaya cuci,  bersihin, sama tulis surat di batu nisan itu biasanya saya minta limaratus ribu untuk makam yang besar, dan tiga ratus ribu untuk makam kecil”. Papar Simon.

Hari Ceng Beng sendiri adalah momen ziarah tahunan bagi etnis Tionghoa yang jatuh pada hari ke 104 setelah titik balik matahari pada musim dingin atau hari ke-15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim semi, Dan tahun ini hari Ceng Beng jatuh pada 5 April.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *