PANGKALPINANG, FABERTA — Hari ini, Kamis 19 Oktober 2021, bertepatan dengan hari lahirnya Nabi Muhammad atau yang dikenal dengan sebutan Hari Maulid Nabi. Dalam memperingati momen besar tersebut pun, umat Muslim di setiap daerah memperingati dengan cara yang berbeda. Tak terkecuali di Bangka Belitung yang memiliki tradisi ‘Nganggung’.
Tradisi ‘Nganggung’ pada umumnya dilaksanakan di malam sebelum hari maulid nabi. Syukurnya, Faktaberita berkesempatan untuk mengikuti hikmatnya tradisi ‘Nganggung’ di Masjid Al-Mukarrom Tua Tunu Indah, Kota Pangkalpinang, Senin (18/10/2021) tadi malam.
Dalam sebuah tradisi ‘Nganggung’, biasanya akan dibalut dengan berbagai acara keislaman. Mulai dari tilawatil qur’an (Pembacaan Quran), Mau’idzotun Hasanah (Tausyiah dari Alim Ulama dan Umara) yang kemudian akan diakhiri dengan makan bersama.
Ikon yang tidak akan terlepas dalam setiap tradisi nganggung di Negeri Serumpun Sebalai ialah sebuah dulang. Dulang merupakan tempat untuk menyimpan makanan yang ditutup dengan tudung saji, yang memiliki warna dominan merah dan motif yang khas.
Dalam kegiatan ‘Nganggung’, masyarakat akan membawa berbagai jenis makanan yang diletakkan di atas dulang dari rumah masing-masing secara sukarela, beriringan dengan yang lain untuk dibawa ke lokasi nganggung digelar, umumnya di masjid atau mushola.
Kemudian, makanan-makanan yang dibawa tersebut dikumpulkan secara bersamaan menjadi sebuah hidangan yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
Setiap ‘Nganggung’, biasanya para tokoh masyarakat, pemuka agama, sesepuh hingga kepala daerah akan turut hadir memeriahkan. Sebagaimana tadi malam, ‘Nganggung’ turut dihadiri Walikota Pangkalpinang, Maulan Aklil atau yang kerap disapa Molen.
Molen bercerita, bahwa tradisi ‘Nganggung’ sudah ada sejak puluhan tahun silam. Bahkan, ikon dulang kerap menjadi bahan candaan ketika Molen masih menjadi anak-anak.
“Suasana ini membuat saya teringat waktu saya masih kecil, di mana kita menebak isi Dulang (penutup makanan khas Bangka Belitung). Kalau isinya tidak enak saya akan meminta bapak sebelah untuk tukar Dulang,” ujarnya sambil disambut gelak tawa jemaah.
Orang nomor satu di Pangkalpinang ini sangat mengharapkan, agar tradisi ‘Nganggung’ terus lestari dan membudaya di Bangka Belitung sebagai ciri dan identitas rumpun melayu.
“Tradisi ‘Nganggung’ ini jangan sampai hilang, karena inilah salah satu kebanggaan kita sebagai masyarakat melayu, serta identitas budaya Bangka Belitung,” tegasnya.
Hal serupa disampaikan Zamhari salah satu warga Tua Tunu yang ikut merayakan Maulid Nabi di Masjid Al-Mukarrom malam tadi. Ia menyebutkan tradisi ‘Nganggung’ rutin dilakukan setiap tahun. “dan kami sebagai pemuda di Tua Tunu ini akan terus mempertahankannya. Tapi ada yang beda dari dua tahun ke belakang, mengingat dalam kondisi pandemi ini, warga harus mematuhi protokol kesehatan,” jelasnya.
Kini, Tradisi ‘Nganggung’ selalu menjadi sebuah tradisi tahunan yang akan terus menjadi kearifan lokal masyarakat Negeri Serumpun Sebalai. Meski diterjang gelombang pandemi Covid-19, tak menyurutkan masyarakat untuk tetap menjalankan tradisi yang sudah berjalan puluhan tahun tersebut.