BELITUNG TIMUR, FAKTABERITA —Memasuki akhir bulan Februari sampai dengan awal bulan Mei masyarakat di Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung Timur melakukan tradisi muar madu atau memanen madu hutan.
Umumnya jenis lebah yang diambil hasil madunya yakni Lebah Dorsata. Masyarakat lokal sengaja memasang tempat bersarang lebah buatan yang mereka pelajari secara turun temurun.
Warga lokal menyebut teknik menjebak lebah itu ‘nyunggau‘. yakni dengan memasang kayu melintang yang panjangnya 2.5 meter hingga 3 meter di atas dua pancang tonggak kayu yang atasnya bercabang. Serta pemilihan lokasi strategis yang memungkinkan dihinggapi oleh koloni lebah.
Khahit, salah satu pemanen madu di Kecamatan Dendang mengaku belajar membuat jebakan madu sejak berusia 12 tahun dari orang tuanya.
“Bikin jebakan madu ini, sudah turun temurun, saya belajar dari orang tua. ayah saya belajar dari kakek saya,” ujar pria berusia 28 tahun tersebut.
Berkesempatan mengikuti proses panen madu hutan bersama Khahit, mulai dia membuat nyamu yakni alat untuk mengasapi lebah yang terbuat dari dedaunan basah yang dibungkus oleh kulit kayu. Selanjutnya nyamu di bakar hingga mengeluarkan kepulan asap tebal, asap tersebut lah dipakai untuk menjinakan lebah.
Khahid tampak tenang ketika mendekati sarang lebah dorsata itu, sesekali dia meniupkan asap nyamu ke koloni lebah.
Ketika lebah sudah meninggalkan sarangnya, dia mengambil sebilah parang dan mulai memotong sarang lebah yang berdiameter sekitar 1,5 meter.
“Panen madu ini, namanya panen lestari jadi cuman mengambil air madunya, sementara anakan tidak diambil, ini agar lebahnya tetap kembali ke sarangnya, berbeda dengan zaman dulu, seluruh sarang diambil,” ucapnya.
Pada musim madu, Khahit mampu mengumpulkan sampai dengan 200 liter madu murni, madu itu kemudian dijual dengan harga Rp120.000 perbotol berukuran 450 mililiter.