Hasil Studi: Penggunaan Masker dan Menjaga Jarak Sangat Penting Meski Telah Divaksinasi

Ilustrasi/ist

JAKARTA, FABERTA – Program vaksinasi COVID-19 telah dijalankan diberbagai negara sejak awal tahun 2021, termasuk di Indonesia. Beberapa negara mengklaim telah berhasil melaksanakan program vaksinasi COVID-19 kepada sebagian besar warga negaranya dan telah berhasil menekan laju penularan COVID-19 di negara mereka.

Sebuah penelitian yang dimuat pada jurnal medis JAMA Network Open melaporkan bahwa vaksinasi saja tidaklah cukup untuk mengakhiri pandemi COVID-19. Langkah-langkah pencegahan seperti karantina, menjaga jarak, dan memakai masker tetap dibutuhkan sembari program vaksinasi dilaksanakan.

Bacaan Lainnya

Mehul Patel, Asisten Profesor dari Program Emergency Medicine pada Universitas North Carolina di Chapel Hill, bersama para rekannya menggunakan model matematika untuk mensimulasikan penyebaran virus corona diantara 10 juta penduduk Carolina Utara.

“Studi kami menyarankan untuk populasi 10,5 juta penduduk, sekitar 1,8 juta infeksi dan 8000 kematian dapat dihindari dalam 11 bulan dengan vaksin yang efikasinya lebih tinggi, cakupan vaksinasi yang lebih luas, dan menjaga NPI (non-pharmaceutical interventions) seperti menjaga jarak dan menggunakan masker,” terang Patel.

Para ahli tersebut meggambarkan dalam studinya akan lebih baik memberi vaksin dengan efikasi yang lebih rendah kepada banyak penduduk, dari pada memberikan vaksin yang
efikasinya lebih tinggi namun kepada sedikit penduduk.

Saat ini, lebih dari setengah populasi Amerika Serikat telah menerima vaksinasi COVID-19 dan 40% dari total populasi telah menerima dosis lengkap. Seiring dengan meningkatnya cakupan vaksinasi COVID-19 di Amerika Serikat, beberapa negara bagian mulai melonggarkan kebijakan preventif pencegahan COVID-19.

California berencana untuk menghilangkan semua pembatasan kapasitas dan persyaratan jaga jarak saat negara bagian ini kembali dibuka pada 15 Juni mendatang. Oregon juga berencana mengumumkan untuk mengakhiri pembatasan karena pandemi, saat 70% penduduk setidaknya menerima dosis pertama vaksin COVID-19.

Studi dari Mehul Patel dan para koleganya menemukan bahwa dibutuhkan usaha yang terkoordinir untuk memaksimalkan cakupan vaksinasi dan pelaksanaan penanggulangan pandemi termasuk dengan protokol kesehatan.

“Untuk mengurangi beban COVID-19 hingga kepada tahapan yang dengan aman memungkinkan upaya menghidupkan kembali ekonomi
dan kegiatan sosial,” terang Patel.

Meski demikian Patel dan timnya tidak menjelaskan dengan lebih rinci kapan titik amannya Amerika Serikat dapat menghentikan langkah pencegahan pandemi COVID-19.

“Dalam simulasi kami jika cakupan vaksinasi mencapai 75%, kami melihat tingkat infeksi virus menurun,” ujar Patel.

Juru bicara COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mempertegas pentingnya penegakan protokol kesehatan saat vaksinasi terus dilaksanakan.

“Penanganan pandemi COVID-19 tidak bisa dilakukan secara tunggal. Vaksinasi harus diiringi dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan agar bisa mengendalikan pandemi COVID-
19,” tegas dr. Nadia.

Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu langkah penanganan COVID-19. Usai divaksinasi, orang tersebut memilliki risiko tiga kali lebih rendah terkena COVID-19.

dr. Nadia menambahkan bahwa, usai mendapatkan suntikan dua dosis vaksin COVID-19, kekebalan tubuh tercipta sekitar satu bulan kemudian.

“Dari hasil uji klinis diketahui kekebalan optimal baru bisa didapatkan setelah 28 hari setelah penyuntikan,” terang dr. Nadia.

Oleh karena itu, meski sudah divaksin jangan sampai lengah menjalankan protokol kesehatan 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan) serta mengurangi mobilitas dan hindari kerumuman.

Sumber: Siaran Pers

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *