BELITUNG TIMUR, FAKTABERITA — Pasca menyebarnya penyakit mulut dan kaki (PMK) di sejumlah wilayah Jawa dan Sumatera, sejumlah imbas mulai dirasakan oleh para peternak, tak terkecuali di Kabupaten Belitung Tumur (Beltim).
Salah satu peternak sapi di Belitung Timur, Bukadi mengaku bahwa dampak dari adanya PMK, pengiriman sapi dari luar daerah juga dihentikan.
Sedangkan di sisi lain, Bukadi menyebutkan bahwa menjelang Idul Fitri, peternakannya sudah mendapatkan pesanan hingga 40 ekor. Tentu hal ini kata dia, patut dicari solusinya.
Terkait PMK itu sendiri, Bukadi sudah mengetahui adanya virus itu dari komunitas peternak dari luar daerah, sedangkan dari dinas terkait di Belitung Timur memang belum ada informasi.
“Tahunya sudah sekitar seminggu. Kalau di Kampit memang belum ada (PMK-red), tapi lokasi lain saya kurang tahu. Setahu saya dari luar daerah yang ada PMK,” ujar Bukadi.
Bukadi berharap, dinas terkait di Beltim dapat segera mengedukasi perihal PMK, mulai dari cara pencegahan maupun mengobati hewan ternak jika positif terjangkit.
“Kalau pun memang sudah ada disini (PMK-red), kami minta berharap juga perhatian dari dinas terkait berkenaan dengan obat-obatan serta cara mencegah dan mengobati jika ada sapi yang tertular,” ucapnya, Sabtu (14/5/2022).
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distangan), Heru Indramarta menyebutkan bahwa untuk di Beltim sudah ditemukan adanya indikasi PMK, pada Jumat (13/5) lalu.
Namun demikian, Bidang Peternakan belum bisa menetapkan itu adalah PMK, hal itu, menurutnya, karena masih dalam indikasi
“Baru gejala mengarah ke sana (PMK). kami akan mengamati hingga beberapa hari ke depan, Sambil kami melakukan pengambilan spesimen untuk memastikan apakah hewan tersebut memang betul PMK,” ujar Heru.
Sapi terindikasi PMK tersebut, saat ini dalam masa pengobatan, dan akan terus dipantau perkembangannya.
Dia mengimbau kepada para peternak hewan berkaki belah tersebut agar tidak mendatangkan hewan ternak terlebih dulu, apalagi dari daerah yang sudah terjangkit wabah virus PMK.
Dia juga menjelaskan bahwa penyakit ini sangat merugikan para peternak walaupun ini tidak bersifat Zoonosis atau tidak menular ke manusia.
“Ini harus ada saling kesepahaman atau kerjasama antara peternak dengan aparat dari dinas. Jangan sampai nanti begitu ada kasus ditutupi, mereka anggap penyakit biasa padahal itu pmk misalnya,” bebernya.
1 Komentar