Kisah Jurnalis di Babar Kena Covid-19 dan Isolasi Mandiri, Tak Diperhatikan Hingga Terpaksa Keluar Rumah

Ika Indriana Sari. (Ist)

MUNTOK, FABERTA — Kebijakan isolasi mandiri di rumah bagi pasien Covid-19 di Bangka Barat disebut tidak efektif membendung penyebaran virus corona, bahkan bisa berkontribusi besar dalam menciptakan klaster keluarga.

Ika Indriani Sari, seorang wartawati salah satu media online yang bertugas di Bangka Barat dan terkonfirmasi positif Covid-19 mengisahkan bagaimana dia dapat keluar kamar bahkan keluar rumah dengan leluasa.

Bacaan Lainnya

Dirinya mengaku sebagai pasien covid-19 tak mendapat paket makanan siap saji tiga kali setiap hari sebagaimana telah dijanjikan Pemda.

Sungguh sebuah ironi. Padahal belum lama ini Sekretaris Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bangka Barat Yuwanda Eka Putra menyampaikan Pemda Bangka Barat akan menyiapkan makanan siap saji untuk para pasien COVID-19 selama menjalani isolasi mandiri.

“Bantuan makanan siap saji ini kami harapkan bisa meringankan beban para pasien memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, dan dengan adanya bantuan ini mereka semakin patuh selama menjalani masa karantina di rumah masing-masing,” kata Yuwanda di Muntok, bulan April lalu.

Ternyata janji tersebut belum sepenuhnya mengakomodir pasien covid-19 yang kini sedang melakukan isolasi mandiri.

Ika, sapaan akrab Ika Indriani Sari, mengaku perasaannya berkecamuk saat diisolasi mandiri. Selain tidak bisa meliput seperti biasa, dia membayangkan bila masyarakat biasa atau buruh harian yang diisolasi dan tidak mempunyai uang serta makanan, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan itu, sementara tidak ada orang yang mengantar makanan.

“Maafkan aku, kemarin sempat keluar rumah karena hasil PCR belum keluar, terlebih tidak ada beras lagi di rumah. Aku keluar membeli beras, ikan dan keperluan lainnya. Memang aku bisa membeli kebutuhan, tapi bagaimana masyarakat yang tidak punya uang? Apakah wajar mereka harus kembali bekerja mencari uang untuk makan keluarganya? mengingat Tim Gugus yang tak kunjung datang mengantar makanan?,” kata dia.

Ika lantas mempertanyakan anggaran Covid di Bangka Barat yang digelontorkan untuk tim medis yang menangani virus ini, apakah pasien memang seharusnya pasrah dan menikmati sakitnya?

Bangka Barat telah menyiapkan anggaran sebesar Rp. 24,1 milyar untuk penanganan Covid -19 yang dialokasikan sebesar Rp. 8,1 milyar untuk Dinas Kesehatan dan Rp. 4,9 milyar untuk RSUD Sejiran Setason.

Bangka Barat juga telah menerima dua kali penghargaan penanganan Covid dari pusat, Dana Insentif Daerah (DID) tahap pertama sebesar Rp. 11,9 milyar dan DID tahap kedua sebesar Rp.11,2 milyar dikucurkan oleh Kementerian Keuangan RI.

Berdasarkan hal-hal tersebut, Ika mempertanyakan bagaimana pelayanan untuk pasien yang terpapar Covid yang sedang diisolasi, sementara kasus – kasus baru setiap hari selalu bertambah.

“Bangka Barat dengan kasus Covid – 19 yang semakin meningkat dan aku salah satu diantaranya. Pertanyaanku, sejauh mana penanganan Pemerintah dan Tim Gugus? Seserius apa itu? Sungguh aku ingin tau, selaku wartawan dan selaku pasien, juga selaku masyarakat,” ucap dia. (Fth)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *