Memaknai Hari Pahlawan, 79 Tahun Pertempuran Heroik Telah Berlalu 

FAKTA BERITA PANGKALPINANG — 10 November 1945 menjadi salah satu pertempuran terdahsyat yang pernah ada di atas Bumi Pertiwi. Kala itu, Arek-Arek Suroboyo yang semangat juangnya dibakar Bung Tomo melalui siaran-siaran radio berjibaku mempertahankan tanah air Surabaya melawan pasukan sekutu Inggris yang juga memboncengi pasukan Belanda atau Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

 

Tak hanya tenaga, semangat juang masyarakat Surabaya dan pemuda-pemudanya rela mengorbankan harta, keluarga, air mata bahkan nyawa yang menjadi taruhan. Pertempuran 10 November merupakan pertempuran pertama pejuang rakyat melawan pasukan negara asing setelah deklarasi kemerdekaan negara Indonesia oleh proklamator Soekarno dan Hatta.

 

Bukan hanya peperangan senjata, pertempuran ini berhasil menjadi suatu kejadian besar yang ada dalam sejarah revolusi nasional serta menjadi simbol nasional sebagai bukti perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme.

 

Berdasarkan buku Pertempuran Surabaya (1985) yang merupakan sebuah karya yang dibuat oleh Nugroho Notosusanto menyebutkan bahwa Pertempuran Surabaya yang terjadi merupakan pertempuran paling heroik yang pernah ada. Pertempuran ini menunjukkan semangat patriotisme tinggi rakyat Indonesia untuk membela bangsanya.

 

Kejadian ini juga dibahas dalam komentar Ricklefs pada bukunya yang berjudul A History of Modern Indonesia Since C.1200 yang menyatakan bahwa pertempuran Surabaya yang terjadi merupakan pertempuran paling menegangkan dan mencekam sepanjang masa revolusi.

Pihak Inggris sebagai bagian dari pertempuran ini menilai bahwa pertempuran yang terjadi di Surabaya laksana inferno atau neraka.

 

Sebab, pasukan Inggris rencananya ingin menguasai Surabaya dengan target waktu tanggal 26 November. Namun, kegigihan para pejuang Bangsa Indonesia yang ada di Surabaya menjadikan rencana tersebut terlambat dua hari dari target waktu yang direncanakan.

 

Meskipun pada akhirnya Surabaya dapat dikuasai pasukan Inggris, semangat juang rakyat Surabaya berhasil menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Jiwa patriotisme rakyat semakin kuat, begitupun dengan semangat persatuan dan kesatuan melawan penjajahan imperialisme kolonialisme. Pertempuran Surabaya memiliki banyak makna yang dapat dipetik hingga saat ini.

 

79 tahun telah berlalu, hingga hari ini bangsa Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan terus menunjukkan perkembangannya. Sebagai negara besar, rakyat Indonesia diharapkan dapat selalu mengenang jasa anak-anak bangsa sebagai pahlawan yang telah mengorbankan segenap jiwa raga yang telah dimiliki. Selain itu, keteladanan para pahlawan diajarkan dan ditularkan kepada generasi-generasi berikutnya sebagai penerima estafet peradaban bangsa Indonesia.

 

Keteladanan yang dimaksud seperti keberanian, kejujuran, kegigihan, pantang menyerah, ketulusan dan pengorbanan bagi bangsa sebagai pesan kontsruktif untuk terus menata Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pahlawan dimaknai sebagai orang yang berjuang dengan gagah berani dalam membela kebenaran. Semangat yang berpijak pada kebenaran menjadi karakter yang kuat bagi sosok pahlawan dalam mengimplementasikan jiwa nasionalisme dan partriotisme yang dimiliki.

 

Rasa nasionalisme wajib dimiliki oleh setiap anak bangsa, agar cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat diwujudkan. Momentum Hari Pahlawan yang diperingati setiap tahunnya dapat dijadikan sumber inspirasi dan motivasi untuk memajukan negara.

Berbekal jiwa kepahlawanan, anak-anak bangsa diharapkan menjadi para teknokrat, birokrat, entrepeneurship, politisi, akademisi, buruh, tani, nelayan dan kewiraswastaan yang cinta terhadap bangsanya sebagai bentuk semangat sebuah pengabdian.

 

79 tahun pertempuran heroik telah berlalu, Hari Pahlawan tidak hanya dimaknai sebagai peperangan saja, semangat patriotisme ini dapat dimaknai sebagai bentuk perlawanan terhadap penindasan dan segala macam bentuk penjajahan diatas muka bumi. Sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi :

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”.

 

Bangsa Indonesia memandang bahwa penjajahan tidak sesuai dengan asas kemanusiaan dan asas keadilan, sehingga tidak dibenarkan dalam bentuk apapun. Sebagai bangsa yang telah merasakan penderitaan akibat penjajahan, Negara Indonesia hingga kini berperan aktif menyuarakan semangat perdamaian dan anti penjajahan di dunia internasional.

Selain itu, nilai toleransi bagi sesama dan mengajarkan keberagaman yang ada di Indonesia juga penting sebagai makna dan nilai dari Hari Pahlawan.

 

Di era globalisasi dan modernitas teknologi, generasi-generasi kekinian dan berikutnya akan hidup ditengah-tengah masyarakat yang semakin multikultural. Mengingat keadaan Indonesia pada dasarnya memang kaya akan ras, budaya, suku, bahkan bahasa yang sangat beragam.

Perbedaan ini dapat dimaknai sebagai sarana persatuan ketika adanya rasa saling menghargai setiap perbedaan yang ada.

 

Sebagaimana pertempuran 10 November yang merupakan simbol persatuan rakyat di Surabaya dengan latar belakang yang berbeda-beda. Keberagaman Indonesia menjadi suatu keunikan bagi dunia internasional, diharapkan dapat terus dirawat dan dijaga dengan semangat jiwa kepahlawanan.

Semangat kebangsaan pada diri bangsa Indonesia dicerminkan dalam Pancasila tepatnya pada sila ke-tiga, yaitu Persatuan Indonesia. Sila ini menjadi landasan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

 

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan implementasi dari sila ke-tiga tersebut. Semboyan ini menggambarkan bahwa Indonesia tetap Bersatu meskipun terdiri dari suku, agama, dan ras yang berbeda.

Nilai persatuan ini juga bermakna sebagai pengakuan terhadap persatuan bangsa wilayah Indonesia dengan wajib membela serta menjunjung tinggi persatuan atau patriotisme. Pengakuan ini juga merupakan bukti cinta dan kebanggaan sebagai anak bangsa, yakni Bangsa Indonesia.

 

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi kian massif dan signifikan mewarnai perjalanan peradaban ummat manusia masa kini. Semangat patriotik dalam rangka menaklukkan kemajuan teknologi juga dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memaknai Hari Pahlawan di era kekinian.

Indonesia pernah memiliki seorang teknokrat yang terkemuka di kancah global pada industri penerbangan, yakni B.J Habibie bersama teori Crack-nya.

 

Sebuah teori yang menjelaskan tentang titik awal retakan pada pesawat terbang, khususnya pada badan dan sayapnya. Tentu saja kita berharap, hadir kembali anak-anak bangsa yang terkemuka sebagai penakluk perkembangan teknologi disertai dengan semangat nasionalisme dan cinta tanah air. (*)

 

Penulis: Bangun Jaya, S.H

Wakil Ketua DPRD Kota Pangkalpinang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *