FAKTA BERITA, BANGKA TENGAH – Pulau Kelasa di pesisir Bangka Belitung kini menjadi sorotan setelah direncanakan menjadi lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia. Proyek yang digagas ThorCon International Pte. Ltd. ini menargetkan operasi komersial pada 2032.
Namun, rencana tersebut menuai penolakan dan kritik tajam. Sejumlah kalangan menilai Pulau Gelasa berpotensi menghadapi risiko serius, mulai dari kerusakan ekosistem laut, ancaman bencana alam, hingga penggunaan teknologi yang belum teruji.
Penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menyebut pembuangan limbah panas dari PLTN tipe air ringan berpotensi menaikkan suhu laut, menurunkan kadar oksigen, hingga merusak terumbu karang. Ancaman ini dinilai nyata di perairan sekitar Kelasa.
“Kalau suhu laut naik, padang lamun dan terumbu karang di Gelasa bisa rusak permanen. Nelayan akan kehilangan sumber ikan,” kata seorang akademisi dari salah satu universitas di Jakarta.
Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara paling rawan gempa. Pulau Kelasa, meski kecil dan tenang, tetap berada dalam kawasan rawan tsunami.
“Tidak ada reaktor nuklir yang benar-benar aman di Ring of Fire. Jika ada kebocoran akibat gempa besar, dampaknya bisa lintas generasi,” ujarnya.
ThorCon berencana menggunakan teknologi Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) yang diklaim lebih aman. Namun, secara global teknologi ini masih berstatus first-of-a-kind (FOAK) atau belum terbukti secara komersial.
“Indonesia bisa jadi kelinci percobaan. Kalau gagal, risikonya bukan hanya uang, tapi keselamatan rakyat,” tegasnya.



















