PLTN Pulau Gelasa Diselimuti Misteri: Siapa yang Bertanggung Jawab Jika Terjadi Bencana?

FAKTA BERITA, BANGKA BELITUNG – Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ThorCon di Pulau Gelasa terus menuai pro dan kontra. Di tengah janji energi bersih dan ketahanan listrik nasional, kekhawatiran masyarakat Bangka Belitung tak bisa dilepaskan dari catatan hitam kecelakaan nuklir di berbagai belahan dunia.

Kasus paling tragis adalah ledakan Chernobyl (1986) di Ukraina. Reaktor RBMK meledak akibat uji coba keselamatan yang gagal, memuntahkan radiasi ke atmosfer. Ribuan orang terpapar, puluhan ribu lainnya harus diungsikan, dan zona eksklusi hingga kini masih tak bisa dihuni.

Bacaan Lainnya

Lalu, pada 2011 Jepang diguncang tragedi Fukushima Daiichi. Gempa bumi dan tsunami merusak sistem pendingin reaktor. Ledakan hidrogen terjadi di tiga unit reaktor, melepas radiasi ke udara dan laut. Walau tidak ada kematian langsung akibat radiasi, puluhan ribu warga dievakuasi dengan trauma panjang.

Sebelumnya, Amerika Serikat (1979) mengalami kecelakaan Three Mile Island. Gangguan mekanis dan kelalaian operator memicu pelelehan sebagian inti reaktor. Meski tidak ada korban jiwa, insiden ini memicu ketakutan besar dan menghentikan ekspansi PLTN di Negeri Paman Sam selama puluhan tahun.

Tragedi lain tercatat di Tokaimura, Jepang (1999), ketika dua pekerja tewas akibat paparan radiasi dalam insiden fasilitas pengolahan bahan bakar.

Pos terkait