FAKTA BERITA, PANGKALPINANG — Dikenal sebagai akademisi dan aktivis sosial, Saparudin atau yang akrab disapa Prof Udin, tak hanya membangun gagasan dari ruang diskusi. Dalam langkah politiknya menuju Pilkada Ulang Kota Pangkalpinang 2025, ia juga merawat akar spiritual melalui kedekatan yang konsisten dengan kalangan ulama dan tokoh agama.
Bagi Prof Udin, kepemimpinan bukan sekadar soal kebijakan dan tata kelola. Ia percaya, doa, nasihat, dan nilai-nilai keislaman dari para ulama adalah fondasi penting dalam membangun arah kepemimpinan yang beretika dan membumi.
Salah satu momen reflektif terjadi saat ia bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Al Islami Assalafi Assyafi’i Nurul Muhibbin, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam, pada awal Juni lalu. Dalam kunjungan tersebut, Prof Udin mendapatkan doa restu serta pesan mendalam dari pimpinan pondok, Ustaz Komarudin.
“Jika tujuan kita adalah ikhtiar karena Allah, maka apapun hasilnya, kita tetap berada dalam kebenaran,” ujar Ustaz Komarudin.
Prof Udin hadir tidak sekadar untuk menyapa atau mencari restu politik. Ia duduk berdampingan dengan para santri, menyimak wejangan, dan berdialog langsung dengan pimpinan pondok. Ia menyebut kunjungannya sebagai bentuk ikhtiar untuk memperkuat dimensi spiritual dalam perjuangan politiknya.
“Datang ke pondok pesantren bukan hanya untuk meminta doa, tapi juga belajar. Dari para kiai dan santri, saya mendapat banyak pelajaran tentang kesabaran, keikhlasan, dan nilai-nilai perjuangan,” tuturnya dengan tulus.
Kedekatan Prof Udin dengan kalangan pesantren bukan hal baru. Dalam berbagai kesempatan, ia kerap terlihat hadir di forum-forum keagamaan maupun kunjungan nonformal ke rumah para tokoh agama di Kota Pangkalpinang.
Bagi Prof Udin, pembangunan kota tidak cukup hanya dengan membenahi infrastruktur atau merancang kebijakan ekonomi. Ia meyakini bahwa kota yang baik adalah kota yang tumbuh secara utuh—baik jasmani maupun rohani.
“Insyaallah, doa para ulama, kiai, dan guru-guru ngaji adalah tiang keberkahan bagi setiap langkah. Kota yang besar harus punya hubungan yang kuat dengan ahlul ilmi, dengan para penjaga nilai dan akhlak,” ujarnya.
Silaturahmi, menurut Prof Udin, bukan sekadar rutinitas politik. Melainkan bagian dari napas perjuangan, agar setiap langkah politik tidak kehilangan arah—tetap dalam bingkai nilai dan keberkahan.