PT Timah Menambah Armada Penambangan Lepas Pantai

PANGKALPINANG, FABERTA – PT Timah Tbk (TINS) mengungkapkan cadangan timah per akhir 2020 tercatat sebesar 282.312 ton, dengan sekitar 94 persen di antaranya berlokasi di lepas pantai (offshore). Adapun sumber daya timah tercatat sebesar 823.420 ton dengan komposisi offshore sebesar 51 persen.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar mengatakan, TINS mulai menambah armada penambangan offshore secara bertahap setelah dipukul badai pandemi yang demikian masif. Produksi bijih timah pada Q1-2021 tercatat sebesar 5.025 ton yang sebesar 61 persen berasal dari offshore.

“Produksi logam timah pada Q1-2021 terkoreksi 63 persen menjadi 5.220 ton dan penjualan logam timah terkoreksi 66 persen menjadi 5.912 ton,” kata Abdullah dalam keterangannya, Jumat (7/5/2021) yang dikutip Faberta dari Investor.id.

Abdullah mengatakan, fluktuasi harga logam timah di LME bergerak di rentang harga yang terbatas, dan diramalkan masih akan terus kinclong sampai dengan akhir tahun. “Sebagai produsen terbesar timah kedua di dunia, TINS memiliki posisi tawar yang menentukan di pasar timah dunia,” ujarnya.

Dikatakannya, pada Q1-2021, TINS mencatatkan pendapatan sebesar Rp 2,4 triliun atau turun sekitar 45 persen dibandingkan Q1-2020 sebesar Rp 4,4 triliun. Berkat efektivitas manajemen biaya, TINS berhasil membukukan laba operasi sebesar Rp 131 miliar atau naik signifikan dibandingkan Q1-2020 yang minus sebesar Rp 434 miliar. “Laba tahun berjalan Q1-2021 sebesar Rp 10 miliar, naik signifikan dibandingkan Q1-2020 minus sebesar Rp 413 miliar,” ujarnya.

Profitabilitas TINS, lanjut Abdullah, terus membaik yang nampak dari Gross Profit Margin (GPM) sebesar 13,21 persen dan Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,42 persen. Adapun likuiditas TINS masih sehat dengan Current Ratio sebesar 128,57 persen. Solvabilitas TINS juga menunjukkan perbaikan dimana Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 123,19 persen.

Abdullah mengungkapkan, kondisi saat ini dan prospek ke depan kinerja anak perusahaan TINS mulai tumbuh sesuai ekspektasi, diantaranya batu bara dan nikel. Diharapkan kontribusi pendapatan di luar bisnis timah terus tumbuh dan mampu menopang keberlanjutan Perseroan ke depannya.

“TINS memiliki batu bara yang berkalori tinggi dan diminati pasar. Dengan harga batubara yang relatif stabil, dan diharapkan tingkat produksi di level 500-750 ribu ton pada 2021 akan berdampak positif terhadap kinerja finansial Perseroan,” ujarnya.

Di samping pertimahan sebagai bisnis utamanya, TINS mulai memoles performa bisnis penambangan batu bara yang beroperasi di Kalimantan Selatan dengan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 9.721 hektar dan berkadar Gross Air Received (GAR) 6.200 Kcal/Kg. Ditambah pamor nikel yang makin membaik, membuat TINS lebih intensif menggarap penambangan nikelnya yang berlokasi di Sulawesi Tenggara dengan luas IUP sebesar 300 hektar. (Sumber: investor.id)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *