FAKTA BERITA, PANGKALPINANG – Rendahnya jumlah lulusan yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di wilayah tersebut. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi kelanjutan kepemimpinan dan pembangunan di Negeri Serumpun Sebalai.
Berbagai faktor menjadi penyebab rendahnya angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di provinsi ini. Faktor ekonomi, rendahnya literasi dan pemahaman mengenai pentingnya pendidikan, serta faktor sosial budaya yang menganggap perempuan tidak perlu melanjutkan pendidikan tinggi karena peran mereka di rumah tangga, merupakan beberapa penyebab utamanya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa APK pendidikan tinggi di Kepulauan Bangka Belitung termasuk yang terendah di Indonesia. Pada tahun 2020, APK hanya sebesar 14,73 persen, naik sedikit menjadi 15,23 persen pada tahun 2021, namun kembali turun menjadi 14,85 persen pada tahun 2022, sebelum naik lagi menjadi 18,19 persen pada tahun 2023. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan provinsi lain yang memiliki APK di atas 20 persen.
Beberapa faktor penyebab rendahnya APK pendidikan tinggi di Kepulauan Bangka Belitung telah disurvei oleh BPS. Banyak pelajar lebih memilih untuk bekerja setelah lulus SMA atau SMK, beberapa merasa pendidikan menengah cukup, ada yang memilih menikah, dan banyak yang tidak memiliki biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa APK yang rendah ini tidak sejalan dengan konsep Indonesia Sentris, yang menekankan pentingnya pemerataan pendidikan, termasuk pendidikan tinggi.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan sinergi dari semua pihak, tidak hanya pemerintah daerah. Beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan antara lain sosialisasi ke desa-desa dan sekolah-sekolah mengenai pentingnya pendidikan tinggi, pembuatan regulasi dan sistem yang lebih memudahkan akses pendidikan, penyediaan informasi yang mudah diakses, perluasan lapangan pekerjaan, dan peningkatan kuota beasiswa bagi mahasiswa.
Selain itu, kurangnya kecakapan digital juga menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya minat melanjutkan pendidikan tinggi. Di era digital saat ini, informasi dapat diakses dengan mudah melalui gadget. Kecakapan digital dapat membuka wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan tinggi, sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berbagai poin di atas seharusnya menjadi perhatian semua pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini penting untuk mencetak generasi yang berkualitas dan merasakan konsep Indonesia Sentris secara menyeluruh. Pemerataan pendidikan, terutama pendidikan tinggi, harus menjadi fokus utama agar provinsi ini tidak tertinggal dibandingkan provinsi lainnya dalam hal kualitas SDM.