Sampah Sering Menumpuk , Warga Inginkan Ketegasan dan Aksi Cepat di Era Molen

Suasana tempat pembuangan akhir Parit Enam Pangkalpinang. Foto: Ilustrasi

FAKTA BERITA, PANGKALAPINANG – Belakangan ini persoalan sampah kembali banyak dikeluhkan warga Kota Pangkalpinang, mulai dari pembuangan sampah yang sembarangan di pinggir jalan, dipinggir pemukiman maupun di pasar.

Kerap kali dijumpai penumpukan sampah di kawasan pemukiman, akibat pengambilan sampah yang tidak teratu lagi.

Bacaan Lainnya

Dahulu jaman Walikota Pangkalpinang Maulan Aklil, pengambilan sampah rutin setiaphari, atau paling lambang setiap 2 hari.

Tapi belakangan ini pengambilan sampah bisa 3 bahkan lima hari baru diambil. Akibatnya banyak sampah menumpuk di kotak-kotak sampag atau di gantungkan oleh warga di tiang maupun di batang.

Bau busuk tak bisa dihindari lagi, dan lalatpun ikut berpesta pora di atas gundukan sampah.

Kondisi ini terjadi, akibat berkurangnya intensitas pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan sejak beberapa waktu terakhir ini.

‎Pantauan di sejumlah kompleks perumahan di Kecamatan Taman Sari, Girimaya, dan Bukit Intan, tumpukan sampah terlihat mulai menumpuk di pinggir jalan dan depan rumah warga.

Beberapa warga menyebut pengambilan sampah yang sebelumnya dilakukan setiap hari, kini hanya dilakukan tiga kali dalam seminggu.

‎“Dulu zaman Pak Molen hampir setiap hari sampah diangkut, sekarang bisa tiga hari baru diambil. Kalau hujan, sampah jadi berserakan dan bau,” kata Ahmad, warga Komplek BTN Air Itam, Rabu (4/6/2025).

‎Keluhan serupa juga disampaikan Siti, warga Perumahan Kacang Pedang.

Ia menyebut kondisi ini mulai terasa sejak awal tahun.

Menurutnya, pelayanan kebersihan menjadi kurang maksimal, apalagi di kawasan padat penduduk.

‎“Dulu ada call center pengaduan aktif dari DLH, kami bisa lapor langsung, dan cepat ditindak. Sekarang kadang WA tidak dibalas, petugas juga bilang armada kurang,” ujarnya.

‎Di era kepemimpinan Wali Kota Maulan Aklil atau akrab disapa Bang Molen, pengelolaan sampah menjadi salah satu perhatian utama.

Pemkot Pangkalpinang kala itu aktif melakukan kampanye kebersihan, seperti kegiatan bersih-bersih massal saat Hari Peduli Sampah Nasional, pembentukan bank sampah binaan, serta kebijakan tempat sampah terpilah bagi pelaku usaha dan kantor.

‎Molen juga meluncurkan layanan Call Center 24 jam untuk pengaduan lingkungan hidup, yang saat itu mendapat respon cepat dari petugas DLH.

‎“Pak Molen sering turun langsung, bersih-bersih bareng petugas. Kalau sekarang kayaknya nggak kelihatan lagi,” tambah Yuni, warga Pasir Putih.

‎Sementara itu, berdasarkan informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pangkalpinang, pengurangan jadwal pengangkutan sampah disebutkan sebagai dampak keterbatasan anggaran pasca pilkada ulang dan defisit APBD.

‎Selain itu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Parit Enam juga sudah mengalami kelebihan kapasitas, dengan ketinggian tumpukan sampah mencapai lebih dari 20 meter.

‎Meski pemerintah telah mengajukan Raperda Pengelolaan Sampah dan mendorong pembentukan bank sampah di tiap kecamatan, pelaksanaannya dinilai belum menyentuh akar persoalan di lapangan.

‎“Kami minta agar jadwal pengangkutan sampah dikembalikan seperti dulu. Warga sudah bayar retribusi, tolong hak kami untuk lingkungan bersih juga dijaga,” harap Firman, tokoh masyarakat di Taman Bunga.

‎Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi Pemkot Pangkalpinang saat ini dalam menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Banyak pihak berharap, keseriusan yang pernah ditunjukkan di era kepemimpinan sebelumnya bisa menjadi inspirasi dalam mengatasi krisis sampah yang kembali membayangi kota.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *