Tren Ekspor Industri Olahan Meningkat, Komoditas Kelapa Sawit Mendominasi

Ilustrasi/Rais

NASIONAL, FABERTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan di bulan Mei 2021 ekspor industri pengolahan makanan dan minuman didominasi oleh komoditas sawit yang mencapai 69,13 persen. Capain ini dirasa sangat baik di tengah merebaknya pandemi Covid-19.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, dari sisi produksi dalam negeri terjadi peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya, yaitu produk minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, bahan kimia, bahan bakar terbarukan atau biodiesel fame, dan material canggih substitusi petro-based material.

Bacaan Lainnya

“Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan pada bulan Mei 2021 didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit sebesar USD2,25 miliar, atau memberi kontribusi sebesar 69,13 persen, naik dibandingkan bulan April 2021 yang mencapai 61,67 persen,” kata Agus melalui keterangannya, Sabtu 26 Juni 2021.

Menurutnya, ekspor bahan baku crude palm oil (CPO) dan crude palm kernel oil (CPKO) berkurang karena diproses dan diekspor sebagai produk hilir, termasuk bahan baku Biodiesel Program B30. Ini menunjukkan bahwa Indonesia telah bertransformasi dari pengekspor barang mentah menjadi pengekspor produk hilir bernilai tambah.

Sementara itu, jenis ragam produk hilir yang dihasilkan industri dalam negeri terus bertambah dari yang semula 126 produk pada tahun 2014, meningkat menjadi 170 produk pada tahun 2020 yang didominasi oleh produk bahan pangan dan bahan kimia dari sumber terbarukan.

Di sisi lain, ekspor perhiasan pada tahun 2020 mencapai USD1,47 miliar. Industri perhiasan emas memiliki nilai ekonomi yang sangat besar bila dilihat dari hulu sampai hilir. Indonesia menduduki peringkat keenam dunia untuk produksi perhiasan emas.

“Hilirisasi di sektor ini juga mendukung penyerapan tenaga kerja. Sebagai industri yang padat modal sekaligus padat karya, industri perhiasan emas dapat menyerap sebanyak 21.269 tenaga kerja untuk produksi eksisting sebanyak 47,5 ton,” kata Agus.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim menambahkan, pada periode 2020, sektor industri hilir minyak sawit menunjukkan kinerja produksi dan ekspor yang tinggi. Nilai ekspornya mencapai USD22,73 miliar. Ekspor bahan baku CPO juga berkurang karena diproses dan diekspor sebagai bahan baku Biodiesel Program B30.

“Program hilirisasi industri minyak sawit merupakan salah satu contoh sukses industrialisasi sumber daya alam yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri, sekaligus menjadi andalan devisa negara,” ujarnya.

Sebagai informasi, berdasrkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ekspor minyak sawit Indonesia pada awal tahun 2021 sebanyak 2,96 juta ton. Perinciannya CPO sebanyak 333 ribu ton, olahan CPO 2,1 juta ton, CPKO tiga ribu ton, olahan CPKO 135 ribu ton, dan oleokimia 292 ribu ton.

Kendati demikian, ekspor tersebut menurun 18,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,5 juta ton. Penurunan ini disebabkan stok di negara-negara importir masih cukup tinggi dari ekspor Desember 2020. (Faberta)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *