Malam Lailatul Qadar, Malam yang Sangat Istimewa Bagi Umat Muslim

BANGKA BELITUNG, FAKTABERITA — Mendekati usia ke-40 tahun Nabi Muhammad banyak menghabiskan waktunya untuk uzlah (menyendiri) di Gua Hira’ yang terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya), sekitar 6 km sebelah utara Masjidil Haram, Makkah.

Beliau banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah serta untuk menghindari kehidupan masyarakat Jahiliyah yang dipenuhi dengan kemusyrikan.

Hingga suatu ketika Malaikat Jibril mendatangi beliau seraya mengucapkan “Bacalah!”. Dengan menggigil Nabi Muhammad menjawab “saya tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril mengulangi pertanyaan tersebut hingga tiga kali. Kemudian Jibril membacakan wahyu:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ (1)خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ (2)
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ (3) الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ (4) عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ (5)

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah.
4. Yang mengajar manusia dengan pena.
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.

Malaikat Jibril kemudian pergi. Nabi Muhammad yang ketakutan kemudian pulang ke rumah lalu menyuruh istrinya Khadijah untuk menyelimutinya. Setelah itu Sayyidah Khadijah membawa Nabi Muhammad kepada sepupunya yang ahli kitab Injil bernama Waraqah bin Naufal.

Waraqah berkata kalau yang mendatangi Nabi Muhammad di Gua Hira adalah Malaikat Jibril yang membawa wahyu karena Muhammad telah diangkat menjadi nabi dan rasul yang terakhir.

Peristiwa turunnya wahyu Al-Quran pertama itu kemudian dikenal sebagai Malam Nuzulul Quran. Di Indonesia malam Nuzulul Quran diperingati setiap malam 17 Ramadan. Sedangkan malam diturunkannya Al-Quran itu dikenal sebagai malam Lailatul Qadar.

Keutamaan malam Lailatul Qadar adalah malam itu lebih baik dari seribu bulan. Allah Subhanahu wataala berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ, لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Q.S. al-Qadr [97]: 1-5)

Keutamaan lainnya adalah diampuninya dosa-dosa terdahulu ketika melakukan shalat malam di saat lailatul qadar. Rasulullah bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR. Imam Bukhari)

Lalu kapankah malam Lailatul Qadar itu? Allah ﷻ tidak memberitahu secara pasti kapan malam Lailatul Qadar itu turun. Hal ini bertujuan agar kita lebih sungguh-sungguh dalam mencarinya. Namun Rasulullah memberikan beberapa clue mengenai kapan malam Lailatul Qadar diturunkan:

تحروا ليلة القدر في الوتر من العشر الأواخر من رمضان

“Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Imam Bukhari).

Setidaknya ada tiga amaliah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Amaliah itu dapat membuka jalan umat Islam untuk memperoleh Lailatul Qadar.

Adapun tiga amaliah tersebut adalah (1) untuk sementara tidak melakukan hubungan suami-istri, (2) meningkatkan intensitas beribadah terutama pada malam hari, dan (3) mendorong keluarga untuk melakukan amaliah sunnah dan amal kebajikan selain yang fardhu.

Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah, dia berkata:

كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُأَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَه

“Rasulullah Saw biasa ketika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau kencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.”

Imam Nawawi membagi tiga tingkatan dalam menghidupkan malam Lailatul Qadar.

Tingkatan tertinggi atau ulya dapat dicapai jika kita melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah dan melaksanakan shalat sunnah di malam tersebut. Misalnya shalat tarawih, witir, tahajjud, taubat, dsb.

Tingkatan pertengahan atau wustha dapat dicapai jika memperbanyak berdzikir kepada Allah di malam tersebut. Bisa dengan tadarus, membaca shalawat, dsb.

Tingkatan terendah dicapai jika hanya melaksanakan shalat Isya’ dan shubuh secara berjamaah di malam itu.

Semoga kita bisa meraih malam Lailatul Qadar pada Ramadan kali ini serta amal ibadah kita selama sebulan penuh ini diterima di sisi Allah, Amin ya rabbal alamin.

 

 


Penulis: Ulil Abror
Editor: Daniel Limantara

Referensi:
-Abdullah Haidir, Lc. 2009. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Pustaka Elba

-Arif Riswanro. 2007. Mukjizat Lailatul Qadar : Menemukan Berkah pada Malam Seribu Bulan. Mizania

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *